Archive for March 2014

BIOLOGI : Pelajaran Seni Rupa-nya anak FK

    • Welcome to Biology Lab !

      Ini adalah Lab kedua yang author masuki (yang pertama adalah anatomi). Udah bisa membayangkan apa yang ada di lab biologi? Ya. Mikroskop dan preparat. O iya, kenapa author membuat judul BIOLOGI : Pelajaran Seni Rupa-nya anak FK? Alasannya ya karena di Lab ini kita emang diajari nggambar. Ap yang digambar? Tentu aja preparat yang dilihat di mikroskop. Lab biologi bakalan jadi Lab yang seru buat seniman yang salah jurusan di kedokteran. Tapi bakal malapetaka buat orang yang sama sekali nggag berjwa seni.

      Sebelum praktikum, kita bakal diberi materi dulu dari dosen. Bedanya dengan Lab Anatomi, sebelum praktikum di Lab Biologi, akan diadakan pretest dulu. Dan pretest ini bakal berpengaruh buat hasil akhir. Ini bagian yang aku nggag suka. Jujur aja, aku suka belajar kok (kalau lagi mood). Tapi aku nggag suka sama yang namanya test, responsi, ujian, pre-test beserta kawan-kawannya. Pretes Biologi ada dua kali, soalnya praktikum dua kali. Dan keduanya aku merasa gagal, hasilnya nggag maksimal. Pretest pertama aku nervous, mungkin karena pertama kali pretest. Niatnya sih belejar bener-bener biar pretest ke-dua bisa ng-cover. Tapi di pretest kedua aku malah salah materi. Bukan salah sih. Ada materi yang nggag aku pelajarin gara-gara aku nggag tahu materi itu bakal keluar di pretest. Pasrah. Syukurlah aku nggag perlu melewati tahap remedi.

      Materi praktikum kali ini tentang jaringan. Jaringan epitel, otot, saraf, darah, tulang. Ini author share foto preparat yang kita amati selama praktikum.

      monosit (ditunjuk panah)

      sel epitel kuboid simplex pada tubulus renalis

      jaringan kartilago hylin pada trachea

      sel epitel columnar simplex pada instestinum tenue

      epitel squamous simplex pada lamina parietalis capsula bowman ren

      jaringan ikat longgar pada penampang bujur tendo

      epitel kuboid simplex pada folikel dinding kelenjar thyroid

      otot jantung pada cor cavia

      sel piramid pada cortex cerebri

      sel purkinje pada cortex cerebellum

      otot lurik pada lingua capri

      neuron motorik pada medula spinalis

      otot polos pada cavia v urin
      Gimana gambar-gambar diatas? Abstrak? Ya. Dan kita diwajibkan untuk menggambar preparat itu. Jadi, kita diberi waktu 40 menit untuk melihat preparat terus menggambar buat laporan sementara. Kalau sampai ngumpulinnya melebihi batas yang ditentuin entar kena yang namanya REFRAT. Refrat itu nama kerennya hukuman. Bayangin aja betapa hebohnya di Lab Biologi. Untung kita cuma diwjibkan menggambar bagian yang penting aja. Jadi nggag semua yang kita lihat di mikroskop kita gambar. Walaupun gitu tetep aja kita kelabakan waktu nggambar. Ada yang gambarnya cuma liat gambar yanga ada di buku petunjuk tanpa lihat mikroskop, ada yang nyontek gambar temennya, ada yang lari-lari buat nyari preparat yang belum dia gambar, ada yang malah repot nyari pensil warnanya yang kececer gara-gara dipinjem sama orang-orang.

      Setelah praktikum selesai, kita diharuskan buat bkin laporan praktikum. Kalo nilainya diambil dari laporan sementara udah pasti jeblok semua nilainya. Inget banget waktu bkin laporan. Pada jejer-jejer di depan perpus. Ngerjain laporan bareng-bareng. Bergelut sama pensil warna. Berasa balik lagi ke jaman TK.

      Pre-test udah. Laporan udah. Sekarang giliran bergelut sama RESPONSI. RESPONSInya sama kayak di lab anatomi. Masuk satu-satu. Dikasih waktu beberapa detik buat ngerjain. Trus geser ke soal berikutnya. Soal teori sih menurutku ya lumayan bisa lah. Tapi waktu soal yang pake preparat. Bener-bener sesuatu. Butuh imajinasi buat nebak itu preparat apa.

      Overall, Lab Biologi seru kok. Yah walau sedikit nyeremin gara-gara ada istilah REFRAT. Tapi asalkan nggag macem-macem, manut sama tatib, nggag telat ngumpulin laporan, belajar yang bener, sama punya bakat seni yang tinggi, pasti lancar kok melewati Lab ini.
    • Posted by Chieru Amaya
    • 0 Comments
    • Readmore . . .
    • Add Comment

Nggag usah takut sama ANATOMI

    • Kali ini author mau cerita tentang lab ANATOMI. Biasanya nih, selain ditanyain masalah penyakit beserta obatnya maba FK juga disuguhi pertanyaan, "Gimana? Udah pegang mayat?" Kayaknya memegang mayat (nama kerennya cadaver) adalah hal yang wajib maba FK. Jujur aja deh, kalian kalo punya temen anak FK pasti bakal tanya kayak gitu kan? Hnah, kali ini author akan menjawab pertanyaan dasar itu. Author bakal ngejelasin fakta di balik lab yang terkenal horor ini.

      Apa yang terlintas di pikiran kalian tentang ANATOMI? Mayat ? Darah? Horor? Mungkin diantara kalian ada juga yang menganggap biasa-biasa aja. Tapi, kebanyakan orang menganggap ANATOMI sebagai sesuatu yang menyeramkan. Waktu OSMARU, kita juga udah mulai dikenalin sama cadaver. Jadi kita disuruh nyari kertas yang diselipin di bagian-bagian tubuh cadaver. Waktu itu author dapet kertas yang dibagian otak. Bisa dibayangin? Aku megang belahan kepala manusia. Awalnya sih ngeri juga. Tapi aku berani-beraniin. Masak dokter takut sih? Walaupun ada juga sih beberapa temenku yang teriak-teriak. Yah, namanya juga baru pertama kali liat. Lama-lama juga bakal terbiasa sendiri.

      Yang khas dari Lab Anatomi adalah bau yang sangat sangat menyengat. Ya. Bau itu berasal dari formalin. Kalian tau kan zat formalin yang digunakan untuk mengawetkan mayat. Baunya itu menusuk hidung banget. Ada juga yang matanya sampai berair gara-gara nggag kuat dengan zat formalin. O iya, Lab Anatomi punya moto sendiri. Moto nya itu "Mortui Vivos Dosen". Artinya "yang mati mengajari yang hidup". Dari kata-kata itu mungkin kalian sudah mengerti.

      Cadaver. Mayat yang diawetkan. Dulunya mereka juga seperti kita. Menjalani hidup selayaknya manusia normal. Tidak terbersit sedikitpun di dalam pikiran mereka bahwa tubuh mereka nantinya akan disayat-sayat demi kepentingan pendidikan dokter. Mereka adalah pahlawan. Tanpa mereka kita tidak bisa mempelajari tubuh manusia sampai ke akar-akar nya. Mempelajari struktur tulang, otor, sendi. "Mortui Vivos Dosen". Yang mati mengajari yang hidup. Ya memang benar. Mereka mengajari kita lewat tubuh yang mereka sumbangkan dengan suka rela untuk disayati. Tapi bukan cuma itu pelajaran yang mereka berikan. Mereka juga mengingatkan kepada kita akan kematian yang bisa datang kapan saja. Mendorong kita untuk selalu dekat kepada-Nya.

      Kalian pasti pingin tau kan apa aja sih yang dilakuin mahasiswa FK di Lab Anatomi.

      source : web medicine
      Gambar diatas kurang lebih menggambarkan kegiatan kita di Lab yang terkenal horor ini. Kalian mungkin udah mikir yang aneh-aneh. Sebenernya sih biasa aja. Pertama kali dapet pelajaran anatomi itu waktu semester satu. Materinya tentang skeletal. Jangan anggap kita cuma ngapalin nama-nama latin tulang kayak os femur, os tibia, clavicula, dll. Kita juga harus ngapalin setiap detail dari masing-masing tulang. Lekukan-lekukan kecil di tulang punya nama sendiri. Setiap lubang sekecil apapun juga ada namanya. Dan nama-namanya itu bukan sesuatu yang mudah untuk dihafalkan. Contohnya nih :

      source : atlas anatomy sobotta
      Itu baru gambar ideal dari sternum. Padahal kita ujian itu nggag pake gambar kayak gitu, tapi langsung pake sternum asli yang bentuknya kayak gini :

      os sternum
      Kalau cuma belajar dengan liat gambar idealnya aja, dijamin deh bakal kelabakan waktu responsi. Oleh karena itu kita harus memanfaatkan waktu sebaik mungkin saat ada kesempatan bisa melihat dan memegang langsung tulang asli. Proses pembelajarannya kurang lebih seperti ini : Dosen akan menjelaskan di depan dan otomatis kita-kita bakal mengerumuni sang dosen. Dosen menjelaskan gambar ideal lalu menunjukan bentuk tulang aslinya. Menurutku kurang begitu efektif. Soalnya yang bisa melihat secara jelas itu yang duduk paling dekat dengan dosen. Yang duduk di belakang sampai harus susah payah meng-autofokus kan matanya ke arah preparat. Tapi belum pernah sih kejadian sampai naik ke atas kursi segala. 

      Aku sempet hampir kena depresi akut. Bayangin aja, aku selalu dapet tempat duduk di belakang. Bener-bener nggag ngerti apa yang dijelasin oleh dosen. Untung aja ada kakak-kakak asisten baik hati yang mau ngebantuin kita bertarung melawan responsi anatomi. Kakak-kakak asisten bakal nerangin ulang materi yang udah dijelasin sama dosen. Biasanya malah penjelasan dari kak asisten lebih lengkap. Kita juga lebih leluasa tanya ini-itu. Makasih kakak-kakak asisten.

      RESPONSI. Apa sih responsi itu? Responsi itu ya ujian. Biasanya ujian yang berhubungan sama Lab dinamain responsi. Sistem responsi masing-masing Lab itu beda. Sistem responsi di Lab Anatomi, mahasiswa nggag ngerjain responsi secara bersamaan. Kita bakal masuk ke ruangan satu per satu. Biasanya mahasiswa yang otaknya encer diberi kehormatan untuk masuk duluan. Di dalam ruangan meja disusun memanjang. Di tiap-tiap meja ada soal plus nomor soalnya. Jangan lupa ada preparat tulang yang menyertai soal. Setiap mahasiswa diberi waktu 40 detik untuk menjawab masing-masing soal. Kalau udah 40 menit, mahasiswa akan bergeser ke meja (soal) berikutnya. 

      PANIK. Ya itu pasti. 40 detik itu nggag lama-lama banget. Kita masih harus memahami soalnya. Masih harus mikir apa jawabannya. Masih harus nulis jawaban yang pastinya panjang dan huruf-hurufnya tergolong susah. Catatan penting : satu huruf salah, jawaban dianggap salah. Tekanan mental banget. Waktu itu, aku bener-bener pasrah. Ya, PASRAH. Kemarin malamnya begadang. Ngapalin nama-nama latin yang susah-susah dan nggag gampang diapalin. Mau nangis rasanya. Capek, ngantuk, pingin tidur tapi masih banyak yang belum apal. Efeknya, waktu responsi, badan udah capek banget, mata itu rasanya susah banget buat dibuka. Waktu responsi ya jalani aja. Mau gimana lagi. Aku udah berusaha semaksimal mungkin. Ya ini kemampuanku. Kalau misalnya harus remed ya harus terima kenyataan. Yang penting udah usaha. Tapi ya diusahain nggag remed. Berusaha buat PeDe. Ke-PD-an yang udah susah payah aku bangun hancur seketika pas aku ngerjain soal pertama. "Ini apa coba?" batinku. Aku nengok kanan-kiri. Auranya suram banget.

      "Ah, udahalah pasrah. Positif remed nih."
      "Waaa, kemarin aku baca bagian ini tapi lupa."
      "Duh, ini apa lagi?"
      "Kok rasanya hafalanku ilang semua."

      Kurang lebih itu kata-kata yang tersirat dari ekspresi temen-temenku.

      Buat kalian yang mau masuk FK, jangan takut. Emang di anatomi banyak banget yang harus kita hafalin. Tapi anatomi asyik kok. Jangan dianggap beban. Pelajari sedikit demi sedikit. Pasti bisa. Semester satu materinya masih skeletal. Nanti di semester 3 lebih seru lagi. Materinya musculo (otot). Itu jauh lebih banyak yang harus dihafalin. Lebih aneh-aneh juga namanya. 

      Sampai sini dulu aja ya. Nanti author bakal sharing pengalaman lagi serunya main-main di Lab Anatomi. Bai bai~
    • Posted by Chieru Amaya
    • 0 Comments
    • Readmore . . .
    • Add Comment

Popular Post

Powered by Blogger.

- Copyright © 2013 It is a Story About Me - Oreshura - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -